Sabtu, 28 Mei 2016

Amal Ibadah di Bulan Puasa Ramadhan

     Mempersiapkan diri menyambut Ramadhan dengan baik-baik adalah amalan yang sangat mulia. Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam pernah berpesan :"Akan segera datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan yang penuh keberkahan. Allah Subhanahu wa Ta'ala bersama kalian pada bulan itu, maka diturunkanlah rahmat, diampuni dosa-dosa dan dikabulkan do'a dan permintaan. Allah melihat kalian berlomba-lomba dalam kebaikan, lalu diikutkan bersama kalian malaikat-malaikat. Maka tunjukkanlah kepada Allah kebaikan diri kalian, sesungguhnya orang yang rugi adalah mereka yang tidak mendapatkan rahmat Allah".
     Nabi  Muhammad Shalallahu Alaihi wa Sallam telah mencontohkan  amal ibadah yang dapat dilakukan pada bulan suci Ramadhan. Berikut ini beberapa sunah ibadah sesuai sunnah Rasululllah.
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” [QS. Al-Baqarah (2): 183].

     Sebagian ulama membagi bulan Ramadhan dalam tiga fase,yaitu 10 hari pertama puasa Ramadhan dinamakan terbukanya pintu Rahmat Allah SWT kepada hamba-hamba-Nya yang menunaikan shaum, 10 hari kedua atau pertengahan dinamakan Magfirah yaitu di Ampuninya-Nya segala dosa-dosa oleh Allah SWT, dan 10 hari terakhir bulan ramadhan dinamakan pembebasan dari api neraka. Sebagaimana yang diterangkan dalam hadist Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam’ :
 

     Berikut ini adalah amal ibadah yang dianjurkan selama bulan puasa ramadhan sesuai sunnah Rasul Shalallahu Alaihi wa Sallam:
  1. Menyegerakan Berbuka Puasa
    Apabila telah datang waktu berbuka puasa, hendaklah menyegerakan berbuka, karena didalamnya terdapat banyak kebaikan. Rosulullah SAW bersabda :
    لَا يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوْا الْفِطْرَ – رواه الشيخان

    “Manusia akan sentiasa berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
  2. Melaksanakan Makan Sahur

    تَسَحَّرُوْا فَإِنَّ فِى السَّحُرِ بَرَكَةٌ – الشيخان

    “Makan sahurlah karena sesungguhnya pada sahur itu terdapat berkah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
  3. Membaca Al-Qur’an / Tadarus Al-Quran (Tilawah)
    Ayat Al-Qur’an diturunkan pertamakali pada bulan Ramadhan. Maka tak heran jika Rasulullah SAW sering dan lebih banyak membaca Al-Qur’an di bulan Ramadhan dibandingkan di bulan-bulan lain.
    Imam Az-Zuhri berkata, “Apabila datang Ramadhan, maka kegiatan utama kita selain berpuasa adalah membaca Al-Qur’an.” Bacalah dengan tajwid yang baik dan tadabburi, pahami, dan amalkan isinya. Insya Allah, kita akan menjadi insan yang berkah.

    Buatlah target untuk diri anda sendiri. Jika di bulan-bulan lain kita khatam membaca Al-Qur’an dalam sebulan, maka misalnya di bulan Ramadhan kita bisa memasang target dua kali khatam. Lebih baik lagi jika ditambah dengan menghafal satu juz atau surat tertentu. Hal ini bisa juga dijadikan program unggulan bersama keluarga.
  4. Memberikan Makanan Berbuka Puasa (Ith’amu ath-tha’am)
    مَنْ فَطَرَ صَائِمًا فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ وَلَا يَنْقُصُ مِنْ اَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئٌ – صحيح النسائى و الترمذى

    “Barang siapa yang memberikan makanan berbuka kepada orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi sedikit pun pahala orang yang berpuasa itu” (Shahih Nasa’i dan Tirmidzi).

    Amal ibadah mulia ini dapat Anda manfaatkan bersama tetangga atau anak-anak yatim yang bermukim disekitar rumah Anda. Memberikan makanan ini hanya satu contoh yang dapat kita terapkan dalam hal berbagi rezki kepada sesama umat. Hal ini juga perlu dibiasakan, agar setelah selesai bulan Ramadhan, hal ini tidak punah begitu saja.
  5. Berdakwah
    Jangan sia-siakan momen Ramadhan kali ini. Sepanjang bulan Ramadhan kita punya kesempatan berdakwah karena pastinya suasana Ramadhan sudah sangat terasa dimana-mana dan tiap orang siap menerima nasihat.

    وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُون
    “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar ; merekalah orang-orang yang beruntung” (QS. Al-Imran : 104)

    Namun pastikan jika Anda memberi nasihat haruslah ada dalilnya. Sesuai dengan sabda Rasulullah saw: “Barangsiapa menunjuki kebaikan, baginya pahala sebagaimana orang yang mengamalkannya tanpa mengurangi pahala orang yang mengamalkannya sedikitpun.”
  6. Shalat Tarawih & Sholat Witir
    Ibadah sunnah yang khas di bulan Ramadhan adalah shalat tarawih (qiyamul ramadhan). Dan yang paling penting diingat ialah shalat tarawain dapat dilakukan dirumah sekalipun.Rasulullah saw pernah merasa khawatir karena takut shalat tarawih dianggap menjadi shalat wajib karena semakin hari semakin banyak yang ikut shalat berjamaah di masjid sehingga beliau akhirnya melaksanakan shalat tarawih sendiri di rumah. 
  7. I’tikaf
    Inilah amaliyah ramadhan yang selalu dilakukan Rasulullah saw. I’tikaf adalah berdiam diri di masjid dengan niat beribada kepada Allah swt. Abu Sa’id Al-khudri meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. pernah beri’tikaf pada awal Ramadhan, pertengahan Ramadhan, dan paling sering di 10 hari terakhir bulan Ramadhan.Sayangnya, ibadah ini dianggap berat oleh kebanyakan orang Islam, jadi sedikit yang mengamalkannya. Hal ini dikomentari oleh Imam Az-Zuhri, “Aneh benar keadaan orang Islam, mereka meninggalkan i’tikaf padahal Rasulullah tidak pernah meninggalkannya sejak beliau datang ke Madinah sampai beliau wafat.”  
  8. Lailatul Qadar 
    Ada bulan Ramadhan ada satu malam yang istimewa: lailatul qadar, malam yang penuh berkah. Malam itu nilainya sama dengan seribu bulan. Rasulullah saw. amat menjaga-jaga untuk ibadah meraih lailatul qadar. Maka, Beliau menyuruh kita mencarinya di malam-malam ganjil pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan.
    Kenapa? Karena, “Barangsiapa yang shalat pada malam lailatul qadar berdasarkan iman dan ihtissab, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” Begitu kata Rasulullah saw. yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim. Bahkan, untuk mendapatkan malam penuh berkah itu, Rasulullah saw. mengajarkan kita sebuah doa, “Allahumma innaka ‘afuwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘annii.” Ya Allah, Engkaulah Pemilik Ampunan dan Engkaulah Maha Pemberi Ampun. Ampunilah aku.
  9. Umrah 
    Jika Anda punya rezeki cukup, pergilah umrah di bulan Ramadhan. Karena, pahalanya berlipat-lipat. Rasulullah SAW. berkata kepada Ummu Sinan, seorang wanita Anshar, agar apabila datang bulan Ramadhan, hendaklah ia melakukan umrah, karena nilainya setara dengan haji bersama Rasulullah saw. (HR. Bukhari dan Muslim)
  10. Bertaubat
    Selama bulan Ramadhan, Allah SWT membukakan pintu ampunan bagi seluruh hambanya. Karena itu, bulan Ramadhan adalah kesempatan emas bagi kita untuk bertaubat kembali ke fitrah kita.
  11. Zakat Fitrah
    Zakat fitrah wajib dibayarkan sebelum hari Ramadhan berakhir oleh umat Islam, baik lelaki-perempuan, dewasa maupun anak-anak. Tujuannya untuk mensucikan orang yang melaksanakan puasa dan untuk membantu fakir miskin.
    Itulah beberapa amalan ibadah mulia yang diajarkan oleh Nabi besar kita Rasulullah SAW pada bulan Ramadhan.

Jumat, 27 Mei 2016

Marhaban Ya Ramadhan


 " Marhaban ya Ramadhan berarti "Selamat datang Ramadhan" mengandung arti bahwa kita menyambutnya dengan lapang dada, penuh kegembiraan; tidak dengan menggerutu dan menganggap kehadirannya "mengganggu ketenangan" atau suasana nyaman kita.
Marhaban ya Ramadhan, kita ucapkan untuk bulan suci itu, karena kita mengharapkan agar jiwa raga kita diasah dan diasuh guna melanjutkan perjalanan menuju Allah SWT

Setelah melakukan kegiatan malam nisfu sya'ban , kemudian ada juga megengan di bulan sya'ban / bulan kedelapan Hijriyah, maka Ramadan merupakan bulan kesembilan dalam kalender Hijriyah, dimana umat muslim melakukan aktivitas seperti puasa, shalat tarawih, peringatan turunnya Alquran,  Lailatul Qadar, serta memperbanyak bacaan Alqur'an,umrah, zakat fitrah dan diakhiri dengan merayakan Idul Fitri .
     Allah menurunkan rahmat-Nya melalui Bulan Ramadhan. Dimana kita dapat mendapatkan pahala, rahmat, hidayah dan ampunan-Nya. Dan Juga merupakan bulan yang melipat gandakan pahala.
Di bulan Ramadhan, kita juga dididik untuk menjaga kesehatan tubuh kita dengan makan secara teratur. Atau kita diajarkan agar dapat mengatur waktu makan, bekerja, istirahat dan ibadah. Jadi, pendidikan itu berhubungan langsung dengan penataan kembali kehidupan kita di segala bidang. Namun hal yang paling berat adalah jihad melawan hawa nafsu sendiri / pengendalian hawa nafsu diri sendiri yang bertujuan untuk menyucikan dan memurnikan nafsu kita untuk kembali semurni-murninya, yaitu dalam keadaan fitri. 

     Bulan Ramadhan kita diwajibkan untuk melakukan ibadah-ibadah sunnah disamping ibadah wajib seperti sholat sunnat dhuha, rawatib dan tarawih serta tadarusan al-Al-qur’an. Bahkan dalam pengertian yang lebih luas, dimana semua makhluk diciptakan Allah sebagai hambaNya, maka semua aktivitas jasmani dan rohani kita di Bulan Ramadhan dilatih untuk selalu menyatakan kebiasaan-kebiasaan luhur bahwa semua aktivitas kehidupan kita sejatinya adalah ibadah kepadaNya.

Bulan Ramadhan merupakan waktu diturunkannya Al Qur’an sebagai mana disebutkan dalam Alquran :
"(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.."(Al-Baqarah 2: 185).

     Bulan Ramadhan adalah bulan dimana setan-setan dibelenggu, pintu-pintu Neraka ditutup dan pintu-pintu Surga dibuka sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam :
”Apabila Ramadhan tiba, pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, dan setan pun dibelenggu.”

     Bulan Ramadhan adalah Bulan dimana terdapat malam yang penuh Kemuliaan dan Keberkahan seperti firman Allah Subhanahu wa Ta'ala :
”Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada lailatul qadar (malam kemuliaan). Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. ” (QS. Al Qadr: 1-3).


”Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.” (QS. Ad Dukhan: 3).
Yang dimaksud malam yang diberkahi di sini adalah malam Lailatul Qadar

     Bulan Ramadhan adalah Bulan dimana salah satu waktu dikabulkannya Do’a. 
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Sesungguhnya Allah membebaskan beberapa orang dari api neraka pada setiap hari di bulan Ramadhan,dan setiap muslim apabila dia memanjatkan do’a maka pasti dikabulkan.” 
Dibulan Ramadhan ini, hendaklah kita sebagai umat muslim senantiasa memperbanyak aktivitas / kegiatan ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Sabtu, 21 Mei 2016

Doa Nisfu Sya'ban


        Rasulullah bersabda : Lima malam yang tidak akan ditolak doa didalamnya, Malam pertama bulan Rajab, malam Nisfu Sya’ban, Malam Jumat, Malam Idul Fitri dan Malam Idul Adha (H. R. Abu Umamah al Bahili).  Oleh karenanya, disunahkan membaca doa malam nisfu syaban pada malam pertengahan bulan syaban.
     Nisfu Sya’ban berasal dari bahasa arab, kata “nisfu” artinya setengah sedangkan kata "sya’ban" merupakan nama bulan  kalender hijriyah jadi “Nisfu sya’ban” menurut bahasa artinya setengah dari bulan sya’ban.
     Beribadah dimalam Nisfu Sya'ban, bisa dilakukan dengan  membaca surat yasin sebanyak tiga kali atau ibadah lainnya. Sebelum membaca do’a, maka terlebih dahulu membaca surat Ya Sin 3X dengan niat sebagai berikut :

  • Pertama : Memohon Kepada Alloh agar dipanjangkan umurnya untuk melakukan ketaatan beribadah kepada Alloh SWT. Permohonan tersebut diucapkan sesudah membaca surat Ya Sin yang pertama.
  • Kedua : Memohon Kepada Alloh Swt agar mendapat rizki yang banyak dan halal untuk bekal beribadah kepada-Nya. Hal itu diucapkan sesudah membaca surat Ya Sin yang kedua.
  • Ketiga : Memohon kekuatan imannya serta bisa husnul khotimah. Demikian di lakukan sesudah membaca surat Ya Sin yang ke tiga
     Adapun doa untuk malam nisfu sya'ban Arab dan artinya:
اَللّهُمَّ صَلِ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِمْ , اَللّهُمَّ يَا ذَا الْمَنِّ وَلاَ يُمَنُّ عَلَيْكَ , يَا ذَا الْجَلاَلِ وَاْلإِكْرَامِ يَاذَا الْطَّوْلِ وَاْلإِ نْعَامِ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اَنْتَ ظَهَرَ اللاَّجِيْنَ وَجَارَالْمُسْتَجِيْرِ يْنَ وَ أَ مَانَ الْخَا ئِـفِيْنَ , اَللّهُمَّ إِنْ كُنْتَ كَتَبْتَـنِيْ عِنْدَكَ فِيْ أُمِّ الْكِتَابِ شَقِيًّا أَوْ مَحْرُوْمًا أَوْ مَطْرُوْ دًا أَوْ مُقْتَرًّا عَلَيَّ فِيْ الرِّزْقِ فَا مْحُ اللَّهُمَّ بِفَضْلِكَ فِيْ أُمِّ الْكِتَابِ شَقَا وَ تِيْ وَحِرْمَانِيْ وطَرْدِيْ وَ إِ قْتَارَ رِزْقِيْ وَ أَشْبِتْـنِيْ عِنْدَكَ فِيْ أُمِّ الْكِتَابِ سَعِيْدًا مَرْ زُوْ قًا مُوَ فَّقًا لِلْخَيْرَاتِ فَإِ نَّكَ قُلْتَ وَقَوْ لُكَ الْحَقُّ فِيْ كِتَا بِكَ الْمَنَزَّلِ عَلَى لِسَانِ نَبِيِّكَ الْمُرْسَلِ , يَمْحُوْ اللهُ مَايَشَاءُ وَ يُثْبِتُ وَ عِنْدَ هُ أُمُّ الْكِتَابِ , إِ لَهِيْ بِالتَّجَلِّى اْلأَ عْظَمِ فِيْ لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَهْرِشَعْبَا نَ الْمُكَرَّمِ الَّتِيْ يُفْرَ قُ فِيْهَا كُلُّ أَ مْرٍحَكِيْمٍ وَ يُبْرَمُ إِصْرِفْ عَنِّيْ مِنَ الْبَلاَءِ مَاأَعْلَمُ وَمَالاَ أَعْلَمُ وَمَا أَ نْتَ بِهِ أَعْلَمُ وأَ نْتَ عَلاَّمُ الْغُيُوْبِ , بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرّ َحِمِيْنَ , وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ


Artinya : “Ya Allah, wahai Dzat yang memiliki anugerah dan engkau tidak diberi anugerah, wahai Dzat yang memiliki keagungan dan kemuliaan, wahai Dzat yang memiliki anugerah dan kenikmatan. Tiada Tuhan melainkan Engkau, engkaulah penolong para pengungsi, pelindung orang-orang yang mencari perlindungan dan pemberi keamanan kepada orang-orang yang ketakutan.

Ya Allah, Jika Engkau telah menulis aku disisi Engkau di dalam ummul kitab sebagai orang yang celaka atau terhalang atau tertolak atau sempit dalam rezekiku,maka hapuskanlah.

Ya Allah, dengan anugerah Engkau, dalam ummil kitab celakaku, terhalangku, tertolakku dan kesempitanku dalam rezekiku dan tetapkanlah aku di sisi Engkau dalam ummul kitab sebagai orang yang beruntung, memperoleh rezeki dan taufiq dalam melakukan kebajikan. Sesungguhnya Engkau telah berfirman dan firman Engkau adalah benar didalam Kitab Engkau yang telah diturunkan atas lisan Nabi Engkau yang terutus. Allah menghapus apa yang Dia kehendaki dan menetapkan apa yang Dia kehendaki dan di sisi Allah terdapat ummul kitab.

Wahai Tuhanku, dengan kenyataan yang agung pada malam pertengahan bulan Sya’ban segala perkra yang ditetapkan dibedakan, hapuskanlah dari saya bencana, baik yang saya ketahui dan yang belum saya ketahui. engkaulah yang mengetahui segala sesuatu yang tersembunyi. dengan rahmatmu wahai tuhan yang maha mengasihi. Semoga Allah selalu melimpahkan shalawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad, atas keluarga dan para sahabat beliau, Segala puji bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam.”

Semoga kita dapat mengamalkannya " Do'a Nisfu Sya'ban" di Malam Nisfu Sya'ban.

Sabtu, 14 Mei 2016

Jalin Silaturahmi dalam Tradisi Budaya Masyarakat

    

     Manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan orang lain dan hidup dalam tradisi budaya masyarakat warisan leluhurnya. Oleh karena itu, penting bagi setiap manusia, generasi islam untuk menjalin silaturahmi atau silaturahim yang baik dengan orang lain. Jangan kita mengikuti nafsu semata yang berakibat terputusnya tali silaturahmi. Banyak orang yang memutuskan tali silaturahmi/silaturahim sesama muslim. Mereka tidak memikirkan akibat dari memutuskan tali silaturahmi/silaturahim. kita sering mendengar atau melihat sesama saudara sendiri tidak saling menyapa bahkan sampai bertengkar. Mungkin karena sifat egonya tinggi , mereka tidak bersedia  untuk mengalah, meminta maaf terlebih dahulu, sehingga kadang pertengkaran mereka sampai ke anak turunannya.
     Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan berbuat baik pada sesama manusia, “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah
Subhanahu wa Ta’ala tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri” (QS. An-Nisa’: 36).
     Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam menerangkan bahwa silaturahmi/
silaturahim merupakan pertanda keimanan seorang hamba kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan hari akhir, “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia bersilaturahmi,” (HR. Bukhari dari Abu Hurairah).
     Apabila  kita dapat menjaga tali persaudaraan maka akan berdampak baik bagi diri kita. Perhatikan hadits berikut, yakni dari Anas r.a., ia berkata, bahwa Rasulullah SAW. telah bersabda, “Barangsiapa yang menyukai untuk mendapatkan kelapangan rezeki dan panjang umurnya, hendaklah ia menyambung hubungan dengan saudaranya (silaturahmi).” (HR. Bukhari dan Muslim).
     Mendapatkan kelapangan rezeki dapat dipahami bahwa orang yang suka menjalin silaturahmi itu akan mempunyai banyak teman, kenalan, atau bahkan orang lain yang bisa menjadi dekat seperti saudara. Orang yang senang dalam menjalin silaturahmi akan mempunyai banyak relasi. Ia akan menemukan banyak kemudahan ketika melakukan sebuah usaha. Dengan demikian, rezekinya pun menjadi lapang.Dalam ayat tersebut sudah membuktikan, bahwa apa yang Allah
Subhanahu wa Ta’ala perintahkan kepada kita akan memberikan hikmah bagi kehidupan kita, dan mendapat pahala yang akan di berikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada kita.
     Dalam kehidupan sosial, banyak cara bagi kita untuk menjalin silaturahmi/
silaturahim, ditengah-tengah kehidupan  masyarakat dengan kultur atau budaya yang berbeda-beda dan beragam.Sebagaimana yang dicontohkan oleh para leluhur kita, dengan melakukan tradisi-tradisi budaya mengumpulkan orang-orang dalam satu kegiatan, sehingga tercipta interaksi antar warga, yang belum kenal menjadi kenal, yang sudah kenal akan lebih mengenal dan akrab, sehingga yang secara tidak langsung menjalin tali silaturahmi/silaturahim.
     Kita, sebagai generasi islam sebaiknya menyikapi dan memahami segala tradisi, budaya leluhur yang ada di masyarakat dengan arif dan bijaksana. Karena didalam kegiatan tersebut, para walisongo, penyebar syiar ajaran islam, telah memasukkan ajaran islam kedalam tradisi budaya masyarakat yang saat itu bertentangan dengan ajaran islam. Banyak moment –moment islam yang bertepatan dengan tradisi atau budaya masyarakatt, seperti acara “Kupatan - Nisfu Sya’ban”, yang pelaksanaannya bertepatan dengan Malam Nisfu Sya’ban, atau moment-moment keislaman lainnya. Dengan toleransi, kita bisa menjalin tali silaturahmi/
silaturahim dengan masyarakat sekitar melalui tradisi budaya yang telah diwariskan oleh leluhur .

Kamis, 12 Mei 2016

Uniknya Kupatan, Utamanya Malam Nisfu Sya'ban


Bulan Sya’ban merupakan bulan persiapan untuk memasuki bulan suci Ramadan.Tradisi bagi masyarakat yang tinggal di kampung atau pedesaan, memperingati malam nisfu syaban atau pertengahan bulan syaban atau tanggal 15 bulan kedelapan (bulan sya’ban) dalam kalender Islam dengan tradisi kupatan atau ketupat.
     Dari beberapa sumber mengatakan bahwa tradisi "kupatan"  ini sudah ada pada zaman pra Islam. Namun setelah kehadiran Wali Songo, budaya ini tetap dijaga dan disatukan (akulturasi) dengan sentuhan budaya islami agar dapat diterima masyarakat pada saat dakwah Islam/syiar Islam.  Dalam bahasa Jawa, ketupat disebut kupat . Kata kupat berasal dari suku kata Ku = ngaku (mengakui) dan pat = lepat (kesalahan) . Sehingga ketupat menjadi simbol mengakui kesalahannya. Alangkah indahnya, jika kita sebagai mahluk Allah senantiasa ikhlas mengakui segala kesalahan atas perbuatan atau tindakan baik disengaja maupun tidak disengaja, karena manusia itu tak luput dari lupa dan kesalahan dan segera memohon ampunan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.
     Karena adanya Keutamaan,Kemuliaan,Keistimewaan Bulan Sya'ban dan Malam Nisfu Sya'ban, maka seyogyanya sebagai umat Islam sangat dianjurkan untuk meramaikan malam Nisfu Sya’ban dengan cara memperbanyak ibadah, shalat sunnah, memperbanyak bacaan zikir, memperbanyak baca'an shalawat, membaca al-Qur’an, bersedekah, berdo’a dan mengerjakan amal-amal soleh lainnya.
Adapun salah satu cara untuk memperingati malam nisfu sya’ban, dengan pembacaan surah yasin 3 dengan rincian sebagai berikut:

  1. Pembacaan Surah Yasin yang pertama kemudian dilanjutkan dengan membaca Do’a Nisfu Sya’ban. Dalam Do’a yang pertama ini dilakukan dengan niat meminta umur panjang
  2. Pembacaan Surah Yasin yang kedua kemudian dilanjutkan dengan membaca Do’a Nisfu Sya’ban yang kedua. Dalam Do’a yang kedua ini dilakukan dengan niat meminta rezeki yang banyak, halal dan manfaat.
  3.  Pembacaan Surah Yasin yang ketiga kemudian dilanjutkan dengan membaca Do’a Nisfu Sya’ban yang ketiga. Dalam Do’a yang ketiga  ini dilakukan dengan niat agar ditetapkan iman dalam Islam.
Setelah pembacaan Do’a Malam Nisfu Sya'ban selesai dilanjutkan dengan acara ramah-tamah, bersedekah/berbagi rizqi, kupat dimakan bersama-sama secara acak (bukan miliknya sendiri).
Dari paparan diatas, pesan yang dapat diambil dari perayaan Nisfu Sya’ban dalam masyarakat ini yakni:

  • Do’a agar diberikan umur yang panjang. Semua yang hadir dalam peringatan Nisfu Sya’ban berniat agar diberikan umur yang panjang sehingga semua yang hadir pada saat itu akan bertemu kembali pada bulan Nisfu Sya’ban  berikut bahkan semua yang hadir pada saat itu saling mendoakan.
  • Do’a agar diberikan rezeki yang banyak, halal dan manfaatDengan harapan meminta reseki yang banyak bukan saja banyaknya rezeki, akan tetapi juga rezeki yang akan didapatkan nanti adalah halal dan bermanfaat baik untuk diri sendiri, keluarga maupun masyarakat lainnya.
  • Do’a agar diberikan ketetapan Iman, maksudnya dalam Do’a ini agar semua masyarakat yang hadir dalam perayaan Nisfu Sya’ban ini ditetapkan Imannya oleh Allah SWT agar tetap dalam Iman Islam, baik aqidah, sifat maupun tindak-tanduknya tetap dalam Islam.
     Sebagaimana diketahui, sampai saat ini sebagian masyarakat masih melestarikan tradisi budaya kupatan dengan sentuhan ajaran Islam di malam nisfu sya’ban, dengan banyaknya warga yang berkumpul dan bersedekah dengan makanan / ketupat satu sama lain,maka akan  terjalin silaturahmi yang baik antar warga. Belum lagi bila dilakukan ditempat-tempat ibadah, baik itu musholla atau masjid, mereka membawa uang untuk di-infaq-kan atau infaq nisfu sya'ban.

Selain kupatan, dibulan sya'ban ini ada lagi tradisi budaya masyarakat, yang namanya " Megengan" dilaksanakan satu minggu sebelum bulan Ramadhan, yang istilah lain pembekalan memasuki bulan Puasa / Ramadhan. Unik dan Kaya akan Ragam Budaya Nusantara Indonesia yang merupakan paduan makna simbol budaya dengan sentuhan ajaran Islam sebagai ungkapan rasa syukur atas nikmat rizqi dari Allah Subhanahu wa Ta'ala..
Bahagia dan rasa syukur yang sebesar-besarnya atas karunia Allah Subhanahu wa Ta'ala karena senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua sebagai hamba-Nya.

Rabu, 11 Mei 2016

Indahnya Tradisi Megengan


Dibulan Sya'ban, selain kupatan di malam nisfu sya'ban, ada juga tradisi “Megengan” merupakan tradisi budaya turun temurun yang masih di pelihara dengan baik dan terus dilestarikan  oleh masyarakat Jawa sebagai  suatu bentuk implementasi / ucapan syukur  atas nikmat rizqi yang diterima kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebagaimana para walisongo mengajarkan Islam melalui simbol-simbol tradisi budaya masyarakat, tapi sangat disesalkan jika pelajaran yang diambil oleh masyarakat Islam hanyalah simbolnya belaka, padahal harusnya masyarakat Islam mampu memaknai  tidak hanya simbolnya saja  tetapi juga substansinya , karena  sesungguhnya ada pesan moral yang sangat mendasar  yang terkandung dalam simbol tersebut, salah satu contohnya  Tradisi “Megengan”.
     Tradisi “Megengan”  ini dipekenalkan pada saat penyebaran agama Islam di Jawa (terutama Jawa Timur dan Jawa Tengah bagian selatan) oleh Sunan Kalijaga. Sebagaimana  kita ketahui,  Sunan Kalijaga berdakwah pada masyarakat Jawa dengan metode akulturasi budaya. Kanjeng Sunan menggunakan metode pendekatan psikologi budaya kepada masyarakat Jawa  sehingga menghapus pembatas yang dapat menganggu syiar Islam. Masyarakat Jawa memiliki ikatan tradisi budaya yang sangat kuat dan terjaganya rasa hormat terhadap orang yang lebih tua, sesepuh masyarakat, pemuka masyarakat terutama agama, namun akan sangat sulit bagi mereka  apabila diharuskan meninggalkan budaya yang telah lama mengikat diri mereka  secara turun temurun dengan sebuah aturan-aturan baru ( ajaran Islam).
     Tradisi megengan biasanya berlangsung seminggu sebelum Puasa. Tradisi ini dilaksanakan dengan cara mengirim makanan kepada keluarga dan tetangga. Jenis makanannya bisa beraneka ragam seperti : Nasi tumpeng, iwak ingkung, keper, thontho, gereh pethek, tempe, ketan, kolak, atau  apem. Tradisi megengan ini ternyata tidak hanya menjaga hubungan sosial tetapi juga turut memutar roda perekonomian. Kebutuhan masyarakat akan bahan makanan untuk “Megengan” ini, mengharuskan mereka untuk berbelanja ke pasar.
Kata Megengan berasal dari bahasa Jawa “ Megeng” yang berarti Ngeker atau Menahan, Misalnya dalam ungkapan megeng nafas, artinya menahan nafas, megeng hawa nafsu artinya menahan hawa nafsu dan sebagainya. Dari kata “Megeng” Menjadi kata “Megengan” , dengan ditambah akhiran “-an” mengandung arti Suatu Proses Kontinuitas (terus – menerus) dan juga pembentukan kata benda. Dikaitkan dengan konteks Ramadahan, kata “Megeng” selaras dengan kata Shaum yakni Puasa, yang  berarti menahan.
     Secara Fiqih, Shaum atau Puasa diartikan sebagai Proses Menahan (megeng atau ngeker) diri atau hawa nafsu dari yang membatalkan puasa seperti makan, minum dan hal – hal yang membangkitkan Syahwat, serta hal – hal yang dapat membatalkannya. Maka secara Simbolik, Tradisi Megengan merupakan acara pembekalan untuk berpuasa serta sebagai tanda atau symbol  bahwa manusia akan memasuki bulan puasa sehingga harus menahan hawa nafsu, baik yang terkait dengan makan, minum, dan hal – hal yang membangkitkan Syahwat, serta hal – hal yang dapat membatalkannya. Dalam kegiatan tersebut, juga dimaksudkan untuk berdo’a memohon pertolongan kepada Allah Subhaanahu Wa Ta’ala, agar diberikan kekuatan untuk melakukan Ibadah puasa, karena tanpa pertolonganNya, puasa dirasakan sebagai sesuatu yang amat berat.
     Puasa tidak hanya menahan diri dari yang membatalkannya secara dhahir saja, yakni makan dan minum, melainkan juga hal – hal yang bathiniah. Puasa tidak hanya menahan hal – hal yang membatalkannya saja, tetapi juga menahan kebiasaan – kebiasaan buruk setiap hari yang bersifat bathiniah dan ukhrowiyyah. Puasa lebih bersifat latihan rasa yang mencakup dimensi bathiniah, tidak heran dalam ungkapan jawa ada yang mengatakan Poso berarti ngempet roso, ada juga yang mengartikan ngeposke roso mempunyai makna memberhentikan rasa. Inilah yang harusnya tersampaikan dalam Tradisi “Megengan” tersebut.
     Ada lagi simbol yang khas dalam tradisi ini, yaitu Kue Apem. Boleh diterima, boleh menolaknya , karena memang ini hanyalah tradisi. Sebelum puasa ada anjuran untuk kaum muslimin agar saling memaafkan  sesamanya, sehingga puasanya bisa tenang dan berkah karena telah tak ada lagi ganjalan  dari rasa bersalah dan berdosa kepada orang lain. Karena dalam sebuah hadits, diceritakan bahwa “ Rasulullah Muhammad SAW mengamini tiga doa yang diberikan oleh malaikat Jibril. Yang pertama: Ya Allah, janganlah Engkau terima puasanya seorang anak yang durhaka pada orang tuanya; Yang kedua: Ya Allah janganlah Engkau terima puasanya seorang istri yang dholim kepada suaminya; Yang ketiga: Ya Allah janganlah Engkau terima puasanya seseorang yang jahat kepada tetangganya.”
     Dalam bahasa arab, Kata “Afwun” bermakna ampunan, maaf atau memaafkan. Maksudnya adalah kita diingatkan pada bulan Sya’ban menjelang bulan Ramadhan, agar kita saling memaafkan dan meminta ampunan kepada Allah Subhaanahu Wa Ta’aala, sehingga kita bisa menjalankan Ibadah puasa dengan tenang. Dan dikarenakan dalam Bahasa Jawa tidak mengenal huruf “F”, Maka kata “Afwun” berubah “Apwun” , kemudian Apwum, lalu Apwem, dan akhirnya Apem, dan insyaAllah, inilah yang  menginspirasi adanya kue apem dalam megengan.
     Dilihat dari bahan dasarnya, kue apem melambangkan kebersihan dan kesucian. Beras putih, berwarna putih melambangkan kesucian. Santan merupakan sari buah kelapa yang bermanfaat semua bagiannya adalah melambangkan sari atau ketulusan manusia, bahkan ada juga yang mengartikan “Santen” sebagai akronim dari kata jawa”Sagetho Nyuwun Pengapunten”.. Gula dan garam melambangkan perasaan hati. Daun yang dibentuk kerucut melambangkan pengerucutan semua pada satu titik, Yakni Allah Subhaanahu Wa Ta’aala. Maka bila bahan – bahan tersebut dijadikan satu, Makna Simbolisnya adalah Kesucian dan ketulusan perasaan hati manusia yang ikhlas karena Allah semata

Sungguh indah ungkapan rasa syukur nikmat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala atas segala nikmat rizqi yang dikaruniakan kepada hambaNya , yang telah dicontohkan dengan tradisi budaya secara turun temurun oleh para leluhur kita.
MARHABAN YA RAMADHAN

Selasa, 10 Mei 2016

Baiknya Anak Soleh atau Sholehah

Anak merupakan titipan atau amanah dari Allah Subhanahu wa Ta'ala kepada kita sebagai hambaNya.Allah percaya kepada kita, orangtua akan mampu menjaga dan mendidik anak menjadi Ihsan Al-Kamil, anak sholeh atau sholehah, yang akan menjadi khalifah di bumi untuk selalu beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Baiknya anak sholeh yang identik dengan anak laki-laki atau anak sholehah yang identik dengan anak perempuan sungguh akan bermanfaat bagi dirinya dan orang tuanya . Anak sholeh atau sholehah akan terus mendoakan orang tuanya. Amalan sholehnya akan bermanfaat untuk orang tuanya, meski tidak ia niatkan untuk kirim pahala.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda ,

إِذَا مَاتَ الإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثَةٍ إِلاَّ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

“Jika seorang manusia mati maka terputuslah darinya amalnya kecuali dari tiga hal; dari sedekah jariyah atau ilmu yang diambil manfaatnya atau anak sholeh yang mendoakannya.” (HR. Muslim )

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ مِمَّا يَلْحَقُ الْمُؤْمِنَ مِنْ عَمَلِهِ وَحَسَنَاتِهِ بَعْدَ مَوْتِهِ عِلْمًا عَلَّمَهُ وَنَشَرَهُ وَوَلَدًا صَالِحًا تَرَكَهُ وَمُصْحَفًا وَرَّثَهُ أَوْ مَسْجِدًا بَنَاهُ أَوْ بَيْتًا لاِبْنِ السَّبِيلِ بَنَاهُ أَوْ نَهْرًا أَجْرَاهُ أَوْ صَدَقَةً أَخْرَجَهَا مِنْ مَالِهِ فِى صِحَّتِهِ وَحَيَاتِهِ يَلْحَقُهُ مِنْ بَعْدِ مَوْتِهِ

“Sesungguhnya yang akan selalu menemani orang beriman adalah ilmu dan kebaikannya. Setelah matinya ada ilmu yang ia ajarkan dan ia sebarkan, begitu pula anak sholeh yang ia tinggalkan, juga ada di situ mushaf yang ia wariskan atau masjid yang ia bangun, atau rumah untuk ibnus sabil yang ia bangun, atau sungai yang ia alirkan, atau sedekah yang ia keluarkan dari hartanya ketika ia sehat dan semasa hidupnya. Itu semua akan menemaninya setelah matinya.” (HR. Ibnu Majah )

Adapun sisi pendalilan bahwa amalan anak yang sholeh / sholehah akan bermanfaat untuk orang tuanya adalah dari ayat,

وَأَنْ لَيْسَ لِلإنْسَانِ إِلا مَا سَعَى

“Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.” (QS. An Najm: 39). Di antara yang diusahakan oleh manusia adalah anak yang sholeh atau sholehah. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ مِنْ أَطْيَبِ مَا أَكَلَ الرَّجُلُ مِنْ كَسْبِهِ وَوَلَدُهُ مِنْ كَسْبِهِ

“Sesungguhnya yang paling baik dari makanan seseorang adalah hasil jerih payahnya sendiri. Dan anak merupakan hasil jerih payah orang tua.” (HR. Abu Daud  dan An Nasa’i ). Ini berarti amalan dari anaknya yang sholeh atau sholehah masih tetap bermanfaat bagi orang tuanya walaupun sudah berada di liang lahat karena anak adalah hasil jerih payah orang tua yang pantas mereka nikmati.

Dari sekelumit ulasan kebaikan anak sholeh atau sholehah, maka sungguh besar harapan orang tua bisa mewujudkan generasi-generasi Islam Al-Kamil, Insan Al-Kamil atau Ihsan Al-Kamil, yang mampu mempelajari Islam secara Kaffah , dan sesuai Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam

Minggu, 08 Mei 2016

Beda Masjid dan Musholla, Apakah Disunahkan Shalat Tahiyyatul Masjid di Musholla?

Setiap tempat di permukaan bumi yang seorang sah sholat di atasnya teranggap sebagai masjid. Nabi shallallahu ‘alahi wasallam  bersabda:


وَجُعِلَتْ لِي الأَرْضُ مَسْجِدًا وَطَهُورًا


“Bumi ini dijadikan untukku sebagai masjid dan tempat yang suci” [HR. Al-Bukhari]
Masjid  adalah tempat yang diwakafkan untuk sholat, yaitu tempat yang diwakafkan dan disediakan khusus untuk sholat. 
Musholla adalah tempat yang digunakan untuk sholat dan berdoa tanpa disyaratkan wakaf. 
Setiap tempat yang digunakan untuk sholat dan berdoa baik statusnya wakaf atau bukan disebut musholla. 
Oleh karena itu, musholla mencakup masjid dan selainnya. Setiap masjid adalah musholla dan tidak setiap musholla adalah masjid. 


Begitu juga dengan Musholla Al-Kamil, yang bangunannya diatas  tanah wakaf (sertifikat) ,Apakah disunahkan Sholat Tahyyatul Masjid  di musholla?
Untuk mengetahui secara mendalam perbedaan musholla dan masjid, link artikel dibawah ini dapat memberi pencerahan secara fiqih  :

Rabu, 04 Mei 2016

Amanah



“Empat perkara yang harus dimiliki oleh seseorang, maka engkau tidak akan kehilangan dunia seisinya yakni; Menjaga Amanah, Jujur dalam berbicara, Berbudi pekerti, dan senantiasa menjaga Kesucian”. (HR Ahmad)
Amanah yang artinya dapat dipercaya. Secara bahasa, amanah  dapat diartikan sesuatu yang dipercayakan atau kepercayaan. Amanah juga berarti titipan (al-wadî‘ah)

“ Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi “ (QS. Al Baqarah :284)
Allah adalah pemilik segalanya. Alam semesta ini dan segala isinya adalah kepunyaanNya. Segala yang ada di langit (angkasa) seperti matahari, bintang-bintang dan planet-planet adalah milik Allah Subhanahu wa Ta’ala. Begitu juga dengan bumi ini dan segala isinya, semuanya adalah milik Allah.
Begitu juga kita manusia. Manusia terdiri dari dua bagian yaitu jasad dan ruh.  Jasad dan ruh ini merupakan milik Allah Subhanahu wa Ta’ala yang diamanahkan (titipkan) kepada kita.


Bagi diri kita (jasad dan ruh) yang Allah titipkan / amanahkan  ini, Allah memerintahkan kita untuk menjaganya dengan cara diantaranya :
  • Memberikan makan yang halal (halal dan thoyib)
  • Merawatnya dengan selalu dalam keadaan suci bersih dengan mandi dan berwudhu.
  • Mengisi ruh ini dengan ilmu yang bermanfaat, taat beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan menjauhi segala larangan Allah Subhanahu wa Ta’ala
‘Orang yang amanah’ diartikan dengan ‘orang yang dapat dipercaya’ atau orang yang kreddibel
Nabi Muhammad SAW sebelum mendapat tugas menyampaikan Al Quran diberi gelar oleh orang-orang dengan sebutan Al Amin (orang yang dapat dipercaya).
“Laksanakanlah amanat bagi orang yang mempercayaimu dan janganlah kamu berkhianat bagi orang-orang yang menghianatimu (Abu Dawud, Tarmizi 1, Ahmad).
 “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampai kan amanat kepada yang berhak menerimanya (QS. An-Nisa :58).

“Orang mukmin adalah orang yang dapat menjaga kedamaian orang lain, baik darah maupun hartanya (HR Tarnizi , Ibnu Majah). “Tidaklah dikatakan beriman bagi orang yang tidak mempunyai rasa amanah dan tidak Islam bagi orang yang tidak menepati janji” (HR Ahmad). Artinya seorang muslim harus mampu menjaga nyawa dan harta orang lain yang dititipkan kepadanya.
“Sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya / amanah” (QS. Al Qasas:26).
“Jika amanah itu telah hilang maka tunggulah tibanya kiamat”. Bagaimana hilangnya ya Rasul? : “Jika suatu urusan diserahkan kepada bukan ahlinya, maka tunggulah kiamat /kehancuran-nya” ( HR Bukhari).
Sifat amanah (dapat dipercaya) adalah sifat yang sangat diharapkan dari seorang muslim, artinya untuk menjadi muslim yang baik kita semua harus mampu memegang kepercayaan, sifat ini merupakan salah satu sifat yang di contohkan oleh rasullullah sebagai insan kamil yang ihsan kamil yang sudah seharusnya kita belajar kepada beliau .

Manfaat memegang Amanah :
1. Tidak kehilangan nikmat di dunia. “Empat perkara yang harus dimiliki oleh seseorang, maka engkau tidak akan kehilangan dunia seisinya yakni; Menjaga Amanah, Jujur dalam berbicara, Berbudi pekerti, dan senantiasa menjaga Kesucian”. (HR Ahmad)
2. Jaminan masuk surga. “Enam perkara yang dapat menjamin kalian masuk surga yaitu ; Jujurlah jika berbicara, Tepatilah jika berjanji, Laksanakanlah amanah jika kalian dipercaya, Jagalah kemaluanmu, jagalah pandanganmu, dan tahanlah tanganmu”. (HR, Ahmad)
Demikian juga bagi amanah-amanah lain seperti keluarga (orang tua, anak, dsb), teman/lingkungan, dan sebagainya, ada aturan-aturan dari Allah untuk menjaga semua milikNya yang diamanahkan kepada kita.